Mahacala UHO Berhasil Capai Puncak Gunung Nandooto 2.421 MDPL di Konawe

  • Bagikan
Tim Eksplorasi Pegunungan Tangkelemboke Mahacala UHO Sultra, Saat berada di Puncak Gunung Nandooto 2421 MDPL, Latoma, Konawe, (Dok.Mahacala UHO)

AKTAWONUA.COM, Konawe – Tim Ekspedisi Mahasiswa Pecinta Alam (Mahacala) Universitas Halu Oleo (UHO) berhasil menyelesaikan eksplorasi Pegunungan Tangkelemboke.

Salah satu misi dalam eksplorasi tersebut adalah pembukaan rintisan jalur pendakian ke puncak gunung (Osu – bahasa daerah Tolaki) Nandooto yang terletak di Kecamatan Latoma, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Pelepasan Tim Ekspolarasi Tangkelemboke Di Sekretariat Mahacala UHO

Ekspolarasi tersebut memakan waktu sebelas hari perjalanan. Selama pendakian, tim membentuk tujuh camp.

“Proses eksplorasi untuk sampai di puncak ada tujuh camp. Pada hari kedelapan kami sudah sampai puncak, dan butuh waktu tiga hari perjalanan untuk kembali sampai base camp,” jelas Pimpinan Operasi Eksplorasi Mahacala UHO, Asrami Jamil

Osu Nandooto merupakan puncak gunung tertinggi kedua di Sulawesi Tenggara dengan ketinggian 2.421 Meter Diatas Permukan Laut (Mdpl) yang berada di hamparan pegunungan Tangkelemboke.

Adapun puncak gunung tertinggi pertama di Sulawesi Tenggara berada di Gunung Mekongga Kabupaten Kolaka Utara dengan ketinggian 2.640 Mdpl.

Pria yang akrab disapa Jamil itu menjelaskan pendakian terhadap gunung yang berada di daratan Kabupaten Konawe itu bisa dibilang sukses.

Tim Saat Berada Di Jalur Rintisan Menuju Puncak Gunung Nandooto (Dok.Mahacala UHO)

“Alhamdulillah kami bangga atas keberhasilan kali ini. Walau ada beberapa rintangan yang kami hadapi selama melakukan pendakian, tapi tidak jadi penghalang dan seluruh anggota kami pun selamat dan berhasil menjalankan tugas,” kata Jamil.

Tim berangkat dari Kota Kendari pada 21 Agustus menuju Desa Nesowi Kecamatan Latoma, yang berada tidak jauh dari Gunung Nandooto. Dalam perjalanan tim ekspedisi berhasil melewati tujuh camp, hingga berhasil sampai di puncak pada 29 September 2023.

Dalam eksplorasi tersebut tim Mahacala UHO berjumlah 10 orang dibantu empat orang warga setempat.

“Tim Eksplorasi Terdiri dari 10 Orang , 2 Orang stand by di Camp 3 untuk support logistik (Camp 2 Perencanaan) dan 8 org sampai di puncak, kami di bantu pula oleh Warga lokal, 2 bertugas stand by di Camp 3 lalu 2 orang lainya bertugas menyuplai logistik ke camp 5 setelah itu kembali lagi bergabung dengan tim di Camp 3” Terang Jamil.

Ia bercerita kesulitan yang paling terasa saat mereka berada di Camp 6. Daerah tersebut terdapat bebatuan dan tebing terjal. Bahkan untuk mencapai puncak mereka mengandalkan bantuan tali hingga bisa top di atas gunung.

Anggrek Jenis Dendrobium sp di jumpai pada ketinggian 1900 Mdpl (Dok.Mahacala UHO)

“Di camp 6 yang paling terasa kesulitannya, bahkan kami harus membagi menjadi dua tim untuk mencari masing jalur mana yang mudah untuk dilewati menuju puncak. Bahkan di daerah itu sudah tidak ada sumber mata air, sehingga kami harus melakukan survival air, ” terangnya.

Dari ekspolarasi tersebut, sejumlah catatan selama perjalanan tentunya akan menghasilkan laporan yang berisi berbagai data saat pendakian, misalnya ketinggian dan jalur pendakian gunung sampai flora dan fauna.

Ketua Tim Eksplorasi Tangkelemboke Mahacala UHO, Maruf Asrudin atau akrab disapa Mas Rudi, menambahkan, dari hasil eksplorasi di Pengunungan Tangkelemboke dan Puncak Nandooto, gunung itu dianggap punya potensi air yang sangat besar, karena di puncak gunung tersebut terdapat sejumlah anak sungai dan air terjun yang mengarah ke sungai-sungai di Konawe dan Konawe Utara.

Anggrek Endemik Sulawesi Coelogyne bicamerata, di Jumpai Pada ketinggian 2200 Mdpl (Dok.Mahacala UHO)

“Bahkan pegunungan tersebut mempunyai ciri khas dan keanekaragaman tersendiri mulai dari flora, fauna hingga jenis batuan,” jelasnya.

Setiap zona yang dilalui di pengunungan tersebut mempunyai kesulitan tersendiri, karena semakin naik, medannya semakin bervariasi. Misalnya tim ekspedisi harus menyusuri sungai, hingga mendapati air terjun bahkan untuk naik harus memakai peralatan tali.

“Dari hasil laporan ekspedisi yang kita lakukan, tentu akan berguna bagi Mahacala UHO maupun Mapala lain yang juga akan melakukan pendakian di Gunung Nandooto, ” ujar Rudi. (***)

Penulis: Tim RedaksiEditor: Redaktur Pelaksana
  • Bagikan